Cara Budidaya Kepiting Bakau Untuk Pemula Sukses Melimpah

Diposting pada
5/5 - (2 votes)

Budidaya Kepiting Bakau

Budidaya Kepiting Bakau

Budidaya Kepiting Bakau – Pernahkah Anda mengonsumsi kepiting? Ataukah Anda memiliki tambak kepiting? Pernahkah Anda berkunjung ke wilayah hutan mangrove? Jika pernah, mungkin Anda melihat seekor atau beberapa ekor kepiting di perairan mangrove.

Kepiting bakau namanya. Merupakan salah satu biota yang hidup di ekosistem mangrove.

Baca Juga : Cara Ternak Udang Lobster Dari Pembenihan Hingga Panen

Berikut akan diuraikan tentang kepiting bakau, salah satu penghuni wilayah hutan magrove.

Kepiting Bakau dan Hutan Mangrove

Hutan mangrove menjadi habitat untuk beragam satwa, seperti amfibi, mamalia, reptil, aves, insekta dan biota laut.

Mangrove menjadi lahan tempat bertelur dan memijah (spawning ground), mengasuh dan membesarkan anak (nursery ground), mencari makan (feeding ground) serta tentunya tempat berlindung (shelter ground), yang aman untuk juvenil dan larva kepiting, ikan serta kerang.

Satwa yang hidup di sekitar perakaran mangrove, baik di substrat keras atau pun lunak (berlumpur), di antaranya kepiting mangrove, kerang dan invertebrata lainnya.

Kepiting Bakau

Kepiting mangrove disebut juga kepiting bakau, atau mangrove crab. Kepiting bakau memiliki banyak nama lain, di antaranya ketam batu, kepiting lumpur, kepiting cina dan kepiting hijau. Kepiting bakau masuk dalam kelompok crustacea.

Crustacea adalah kelompok hewan yang memiliki kulit keras, di mana dalam hidupnya mengalami pergantian kulit (moulting). Kepiting bakau juga termasuk dalam ordo decaphoda.

Pada ordo decaphoda, para hewannya memiliki 5 pasang kaki, di mana pasangan kaki pertama berfungsi sebagai alat penangkap makanan atau capit dan pasangan kaki terakhir (kelima) bentuknya pipih (kipas) sebagai kaki renangnya.

Baca Juga : Cara Ternak Ikan Guppy Dengan Mudah

Kepiting bakau bisa dijumpai di semua perairan hutan bakau, perairan berlumpur, muara sungai, lingkungan berbatu, di antara akar-akar tumbuhan air serta di perairan pantai, di mana kepiting hidup dalam lubang-lubang.

  • Berikut adalah kondisi lingkungan kepiting bakau, habitat alaminya, yaitu:
  • Salinitas 10 – 20 ppt.
  • Suhu untuk pertumbuhannya 23 – 35 0
  • Kandungan oksigen terlarut dalam air (DO) yang baik sekitar 4 – 7 ppm.
  • Daerah substrat berlumpur atau perairan dengan pH rata-rata 6,5. Di mana kisaran pH yang sesuai 7 – 8.

Kepiting ada 4 spesies, yang kesemuanya ada di Indonesia, yaitu:

  • Kepiting bakau merah ( olivacea) atau red / orange mud crab
  •  Kepiting bakau hijau ( serrata) atau giant mud crab (karena ukurannya bisa sampai 2 – 3 kg/ekor)
  • Kepiting bakau ungu ( tranquebarica)
  • Kepiting bakau putih ( paramamosain)

Ada beberapa cara untuk melihat apakah seekor kepiting itu jantan atau betina, yaitu sebagai berikut:

  1. Kepiting bakau jantan dan betina dibedakan dari abdomennya. Kepiting jantan memiliki ruas abdomen sempit, sedangkan abdomen milik betina lebih lebar.
  2. Kepiting bakau jantan dan betina dibedakan dari alat kelamin yang terdapat di bagian abdomen pada ventral tubuhnya. Alat kelamin jantan bentuknya segitiga yang sempit dan agak meruncing bagian depannya. Sedangkan kelamin betina bentuknya segitiga yang lebih lebar dan agak tumpul bagian depannya.
  3. Perut kepiting betina berbentuk stupa, sedangkan perut jantan bentuknya menyerupai tugu.
  4. Kepiting bakau jantan dan betina juga bisa dibedakan dari kaki renang atau yang disebut pleopod, yang letaknya ada di bawah abdomen. Pleopod milik kepiting jantan, fungsinya sebagai alat kopulasi. Sedangkan pleopod betina sebagai tempat meletakkan telur.
    Taksonomi Kepiting Bakau
    Dalam sistem taksonomi, kepiting bakau atau Scylla paramamosain, memiliki kedudukan sebagai berikut:
    Filum : Arthropoda
    Subfilum : Crustacea
    Kelas : Malacostraca
    Subkelas : Eucarida
    Ordo : Decapoda
    Famili : Portinuidae
    Genus : Scylla
    Spesies : Scylla paramamosain, S. serata, oseanica, S. transquebarica

Ciri-ciri Kepiting Bakau

  • Kepiting bakau memiliki ciri-ciri tubuh yang dapat diamati, di antaranya:
  • Cangkang atau karapas bagian depan di kiri dan kanan mata, terdapat 9 duri tajam.
  • Tubuhnya lebar dan melintang.
  • Karapasnya berwarna sedikit kehijauan.
  • Karapasnya memiliki bentuk yang cembung dan halus. Karapasnya memiliki lebar 1,5 dari panjangnya.
  • Abdomennya berwarna putih kekuningan.
  •  Bagian depan di antara kedua tangkai matanya, terdapat 6 duri.
  • Memiliki capit yang agak pendek dan kasar.
  • Capit kanan lebih besar daripada capit yang kiri.
  • Di kedua ujung capit berwarna kemerahan.
  • Capit pada kepiting jantan dewasa berukuran lebih besar, daripada betina dewasa yang seumuran dan seukuran tubuhnya.
  • Capit pada kepiting bakau jantan, panjangnya hampir 2x lipat dari panjang karapasnya.
  • Memiliki 4 gigi triangular di lengan bagian depan.
  • Memiliki 3 pasang kaki jalan dan 1 pasang kaki renang, yang letaknya
  • Kaki perenang ada di ujung perut. Ujung kaki-kaki perenang dilengkapi dengan alat pendayung.

Selain memiliki ciri-ciri yang berbeda dari binatang air lainnya, kepiting bakau juga memiliki kebiasaan atau sifat yang unik, di antaranya seperti:

  1. Jika berkelahi atau sedang mengindari musuh, kepiting akan melepaskan anggota tubuhnya, seperti cicak, atau yang disebut autotomi. Cangkang dilepas secara periodik. Di mana saat pelepasan itulah, yang menjadi upaya kepiting dalam menghindari musuhnya, terutama sesama kepiting yang memiliki sifat kanibal.
  2. Kepiting bakau merupakan hewan omnivora, yang tidak hanya memakan serasah tumbuhan di perairan, tetapi juga binatang lain di perairan, bahkan bangkai sekalipun.
  3. Proses pengelupasan karapas (moulting) menjadi fase terpenting dalam pertumbuhannya. Moulting juga membantu melepas parasit dan hewan lain yang mungkin tumbuh di cangkang kepiting serta melepas cangkang yang rusak karena bakteri.

Ada beberapa hal yang terjadi saat proses moulting yaitu:

  • Semakin sering moulting berarti semakin cepat pertumbuhannya.
  • Selama pertumbuhan, kepiting mengalami moulting 17 – 20 kali. Tetapi, moulting juga terjadi tergantung kondisi lingkungan dan pakannya.
  • Setiap moulting, tubuh kepiting bertambah sekitar sepertiga kali atau sekitar 20 – 30%, dari ukuran semula.
  • Saat fase zoea, kepiting mengalami moulting 3 – 4 hari.
  • Saat muda, kepiting mengalami moulting lebih dari 6x, dengan rentang waktu setiap moulting 30 – 35 hari.
  • Ada 4 fase dalam moulting yaitu intermolt, premolt, molt dan post molt. Saat intermolt, eksoskeleton akan terbentuk sempurna, lalu kepiting mengakumulasi kalsium dan energi untuk disimpan. Saat premolt yaitu persiapan untuk mencapai molting, eksoskeleton yang lama mulai memisahkan diri dari jaringan epidermis, lalu mulai terbentuk eksoskeleton yang baru. Kalsium dan beberapa nutrisi lainnya yang sudah diabsorbsi oleh kepiting dari eksoskeleton yang lama, lalu disimpan dalam daging kepiting, yang nantinya akan dikembalikan ke eksoskeleton baru.
  • Beberapa hari sebelum moulting, kepiting memasukkan air ke dalam tubuhnya dan mengembang seperti balon. Proses inilah yang membantu kepiting dalam melepaskan cangkang lama, sehingga nantinya bagian karapas akan terbuka. Karapas lama akan terlepas sendiri, di mana kepiting akan mendorong dan menekan semua bagian tubuh secara berurutan, yang kesemuanya terjadi sekitar 15 menit.
  • Sebelum moulting, kepiting mengabsorbsi kalsium karbonat dari karapas yang lama, untuk pembentukan cangkang yang baru. Selain kepiting juga mensekresi enzim, untuk memisahkan cangkang lama dari lapisan epidermis.
  • Selama moulting, kepiting rentan diserang dan dimakan kepiting lain yang sedang tidak moulting.
  • Setelah moulting, tubuh kepiting penuh air. Saat itulah kepiting tidak bisa diberi makanan. Air itulah yang diabsorbsi ke dalam tubuhnya, untuk membantu cangkang ke ukuran barunya.
  • Cangkang baru yang lunak akan terbentuk 6 – 12 jam, yang kemudian akan mengeras secara sempurna dalam 2 – 4 hari. Di mana pengerasan cangkang akan berhenti, jika kepiting diangkat dari dalam air.

4. Kepiting termasuk hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif di malam   hari. Sehingga kepiting lebih aktif mencari makanannya pada malam hari.

Baca Juga : Cara Budidaya Ikan Gabus

Beralih dari ciri-ciri dan kebiasaan atau sifat kepiting bakau, masih ada hal lain seputar kepiting bakau yang menarik untuk diketahui dan dipelajari.

Kehidupan Kepiting Bakau

Kepiting bakau jantan lebih banyak hidup di perairan mangrove. Karena, di situlah makanan lebih banyak tersedia dan lebih aman menjadi tempat berlindung.

Sedangkan kepiting betina hidupnya berpindah-pindah. Mereka bisa saja berpindah ke perairan yang lebih dalam, untuk pemijahan atau bertelur. Jika sudah selesai bertelur, mereka akan kembali ke perairan mangrove untuk berlindung sampai waktu bertelur berikutnya.

Ada kalanya, perkawinan terjadi saat kepiting betina sedang mengandung telur, yang letaknya ada di sela-sela bagian dalam karapas. Sang betina mencari tempat yang lebih aman dan sunyi. Kepiting jantan lalu mengikuti dan mendekatinya.

Kepiting jantan akan menaikki punggung si betina, di mana posisi perut sepasang kepiting tersebut menghadap bawah. Sang pejantan berenang ke tempat yang lebih sunyi membawa betina dengan posisi tersebut. Pembuahan akan terjadi selama 7 – 12 jam.

Perkembangan kepiting bakau diawali fase telur, dilanjutkan fase larva dan fase kepiting. Perkembangan kepiting diawali fase zoea (selama 18 hari) –> megalopa (selama 11 – 12 hari) –> kepiting muda –> kepiting dewasa.

Saat fase zoea, kepiting bakau memakan plankton. Setelah megalops, kepiting menjadi karnivora. Kemudian kepiting muda sampai dewasa, kepiting bakau memiliki sifat omnivorus scavenger (senang makan daging).

Kemudian, pertumbuhan kepiting bakau betina lebih tinggi dibandingkan yang jantan. Terutama jika kepiting bakau makan dan atau diberi pakan ikan runcah.

Hal ini disebabkan karena ikan runcah sangat mendukung perkembangan telur kepiting bakau betina. Selain itu, ikan runcah mengandung nilai gizi yang lengkap dan tinggi, yang mampu mencukupi kebutuhan nutrisi di dalam tubuh kepiting bakau betina untuk proses pertumbuhannya.

Beralih dari kehidupan kepiting bakau di perairan, berikut bahasan lain tentang salah satu menu seafood di restoran.

Fakta Kepiting Bakau

Ada beberapa hal terkait kepiting bakau, yang mungkin belum Anda ketahui, di antaranya adalah:

  • Dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa kepadatan kepiting bakau di hutan mangrove yaitu sekitar 16 ekor per 100 m2
  •  Kepiting bakau memakan seresah mangove yang berjatuhan.
  • Kepiting bakau dari jenis Scylla serrata mampu menggali lubang sampai 5 meter ke luar dari sisi tebing sungai yang masuk ke arah mangrove.
  • Lubang memiliki banyak fungsi bagi kepiting, yang tergantung pada spesies kepitingnya. Lubang bisa menjadi tempat berlindung dari predator, menampung air, rumah atau teritorial dalam berpasangan dan kawin, sampai dengan tempat pertahanan.
  • Kepiting bakau, jika akan berpindah dan mencari makanan, lebih suka bergerak dengan merangkak, bukan berenang.
  • Dalam waktu satu malam, kepiting bakau bisa merangkak sepanjang 200 – 1000 meter untuk mencari makanannya.
  •  Kepiting bakau lebih senang mencari makan yang ada di bagian dasar perairan atau tambak.
  • Indonesia menjadi salah satu eksportir kepiting bakau, yang biasanya dikirim ke Jepang, Malaysia, Perancis, Cina, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, beberapa negara di Eropa sampai dengan Amerika. Kepiting bakau diekspor, baik yang masih hidup atau segar, beku atau bahkan yang dikalengkan.
  •  Kepiting bakau dijual sekitar Rp 40.000 – 100.000,- untuk grade CB yaitu kepiting betina besar yang berisi atau bertelur, dengan ukuran lebih dari 200 g/ekor. Selain itu juga dijual Rp 30.000,- untuk grade LB yaitu kepiting jantan besar yang berisi, dengan ukuran 500 – 1000 g/ekor.
  •  Di luar negeri, kepiting bakau dijual 8,4 – 9,7 U$/kg untuk grade CB dan 6,1 – 9,0 U$/kg untuk grade Sedangkan untuk super crab berukuran > 1000 g/ekor dijual 10,5 U$/kg.
  •  Kepiting bakau memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan spesies kepiting lainnya, yaitu proses reproduksi yang lebih singkat dan kemampuannya bertahan hidup dalam kondisi ekstrim.
  • Limbah hasil laut, terutama kulit udang dan batok kepiting di dunia, ada 1,5 juta ton/tahun.
  • Limbah berkitin di Indonesia, termasuk batok kepiting, yang dihasilkan ada sekitar 56.200 ton/tahun.
  • Karena harga dan permintaan kepiting bakau yang terus meningkat, maka akhirnya penangkapan dan laju eksploitasi kepiting bakau pun turut serta meningkat.
  •  Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, pada tahun 2008 volume produksi kepiting bakau sebanyak 26.628 ton. Kemudian meningkat pada tahun 2012, yakni sebanyak 33.910 ton.
  •  Di Indonesia, kepiting bakau umumnya ditangkap menggunakan perangkap yang disebut bubu maupun dengan jaring.

Budidaya Kepiting Bakau

Ada beberapa hal perlu diketahui jika Anda ingin membudidayakan kepiting, yaitu sebagai berikut:

A. Lokasi tambak kepiting

Lokasi tambak kepiting penting untuk diperhatikan, agar paling tidak akan sesuai dengan habitat alaminya. Berikut hal-hal yang berkaitan dengan lokasi tambak kepiting:

  • Lokasi tambak kepiting adalah daerah perairan payau, dengan kondisi saat pasang atau surut tidak terlalu deras
  •  Lokasi tambak sebaiknya dekat dengan daerah pemasaran.
  • Luas lahan tambak minimal 50 m2. Sedangkan jika pada karamba apung, jumlah padat tebarnya 25 ekor/m2.
  • Pasang pagar dari atap plastik atau kayu nibung di sekeliling pematang tambak. Pagar tersebut sebagai keamanan agar kepiting tidak kabur/keluar dari tambak.
  • Buatlah pintu pemasukan/pengeluaran air. Pintu cukup dibuat dari pipa paralon, di mana ujungnya diberi saringan kawat kasa atau
  • Tinggi air dalam tambak sebaiknya 60 – 70 cm.
  • Kepiting juga bisa dibudidayakan pada karamba.
  • Karamba diletakkan dalam petak tambak dekat pintu masuk/keluar air. Posisinya menggantung, 15 cm dari dasar perairan, agar sisa pakan (makanan yang tidak dimakan) jatuh ke perairan dan tidak mengendap di karamba.
  • Karamba dibuat kotak dari potongan bambu yang dipotong melintang, dengan lebar 1 – 2 cm dan panjang 1,7 cm. Potongan bambu dirangkai dengan jarak 1 cm, sehingga ada sedikit celah di antara rangkaian tersebut.
  • Karamba sebaiknya dilengkapi pelampung, yaitu potongan bambu utuh di kedua sisi panjang yang berlawanan.
  • Sebaiknya, lahan tambak kepiting bakau dibuat di perairan mangrove atau di dekatnya. Budidaya kepiting dibuat dengan konsep silvofishery, yang merupakan metode budidaya kepiting yang tumpang sari dengan hutan mangrove, tanpa merusak mangrove tersebut. Karena, kepiting bakau akan lebih cepat tumbuh dan bertelur, jika dipelihara dengan sistem tumpang sari bersama mangrove. Tingkat produktivitasnya pun akan jauh lebih baik dibandingkan budidaya karamba di perairan biasa.

Kemudian, selain lokasi tambak, berikut hal lain yang harus diperhatikan dalam budidaya kepiting bakau:

B. Pemupukan

Sebelum benih kepiting ditebar, lakukan pemupukan tambak. Lakukan pemupukan menggunakan kotoran sapi/kerbau sebanyak 600 – 700 g/m2, urea 200 g/m2 dan TSP 100 g/m2.

Baca Juga : Cara Budidaya Ikan Nila : Memilih Benih, Persiapan Kolam, Penebaran Benih Dll

C. Pra Pemeliharaan

Sebelum benih ditebar di tambak, sebaiknya benih kepiting dipelihara dahulu di petak-petak (kolam) penyesuaian selama beberapa waktu tertentu, misalnya sebulan.

Tujuannya, agar benih bisa lebih siap dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan tambak nantinya.

Petak penyesuaian dibuat dari semen berukuran 15 – 20 m2, dinding dibuat licin, bagian dasarnya berlumpur dengan tebal 5 – 15 cm dicampur pasir pantai serta kedalaman air dalam petak 30 – 50 cm. Pilihlah benih kepiting yang memiliki capit dan kaki lengkap.

Karena, kaki dan capit akan berpengaruh terhadap kemampuannya memegang dan daya sensoris makanan. Jika pertumbuhan kepiting sudah terlihat besarnya, maka bisa dipindahkan ke dalam tambak pemeliharaan/pembesaran, agar angka kematiannya lebih rendah.

D. Pemeliharaan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih kepiting dalam tambak, seperti:

  • Padat penebaran benih
    Benih kepiting didapatkan dari alam, yaitu perairan sekitar tambak. Benih yang ditebar ke tambak yang memiliki karapas 5 – 7 cm. Padat penebaran benihnya 3 – 4 ekor/m2. Benih dengan lebar karapas 2 – 3 cm dan berat 40 – 80 gram misalnya, ditebar dalam tambak sebanyak 20.000 ekor/Ha. Jika budidaya dilakukan menggunakan tambak bambu, maka padat penebarannya setiap kotak bambu berisi 1 ekor benih yang sudah berukuran 250 – 300 g/ekor.
  • Makanan
    Makanan utama kepiting bakau di alamnya adalah detritus, bangkai dan kanibal (sesamanya). Sehingga, untuk mengurangi kekanibalannya, kepiting dalam tambak sebaiknya diberi makanan tambahan, seperti ikan runcah baik yang kering tawar atau pun yang segar, udang, kulit sapi atau kambing serta golongan mollusca seperti keong sawah, siput dan kerang-kerangan. Kepiting dalam tambak diberi makan setiap hari, yaitu 6 – 10% dari berat total kepiting yang dipelihara. Sebaiknya, kepiting diberi makan sore hari.
  • Pemeliharaan
    Kepiting bakau dapat dipelihara 3 – 4 bulan. Kondisi perairan dalam tambak dianjurkan memiliki salinitas 15 – 30% dan pH 6 – 7. Kepiting bakau masih bisa hidup pada salinitas air 5 – 36 ppt (part per thousand). Akan tetapi, kepiting lebih suka pada salinitas 5 – 25 ppt. Berikan kapur sebelum benih ditebar, sebanyak 100 – 300 g/m2 jika pH airnya rendah. Bahkan jenis S. serrata, termasuk hiperosmoregulator pada salinitas di bawah salinitas air laut. Jenis tersebut juga mampu hidup meskipun salinitas kurang dari 5 ppt. Suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhannya yaitu 23 – 35 0C. Akan tetapi, pada suhu 24 – 28 0C kepiting bakau masih bisa hidup dan dibudidayakan. Kepiting bakau sebaiknya dibudidaya pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut (DO) lebih dari 3 ppm (part per million), tepatnya 4 – 7 ppm. Karena jika di bawah 3 ppm, kepiting akan menurun nafsu makannya.
  • Proses moulting
    Moulting pada kepiting, dipengaruhi oleh setidaknya 4 faktor, yaitu sebagai berikut:
    –  Kesehatan benih
    –  Nutrisi kepiting
    Seperti yang sudah disebutkan bahwa moulting adalah fase penting dalam pertumbuhan kepiting. Kemudian, agar dapat tumbuh dengan baik, kepiting membutuhkan nutrisi yang sesuai. Maka, nutrisi yang tepat akan mendukung proses pertumbuhan serta moulting pada kepiting.
    –  Lingkungan
    Kondisi lingkungan yang paling berpengaruh pada moulting adalah salinitas perairan. Proses moulting akan terjadi pada salinitas yang tinggi atau pun rendah. Tetapi, moulting akan lebih efektif jika salinitasnya rendah. Salinitas yang rendah, tidak akan mengganggu pertumbuhan dan proses moulting berjalan dengan baik. Salinitas yang rendah dapat membantu proses pelunakkan kekerasan cangkang saat moulting.
    –  Kepadatan tebar benih
    Padat tebar benih dapat mempengaruhi pertumbuhan kepiting. Pertumbuhan kepiting akan bergantung pada frekuensi moulting (waktu antara moulting) dan peningkatan pertumbuhan (pertumbuhan setiap moulting baru). Hal yang perlu diingat adalah kepiting bersifat kanibal. Sehingga, jika padat tebar benih tidak diatur, maka bisa terjadi kompetisi ruang yang tinggi dan nantinya membuat kepiting stres. Kepiting yang stres menyebabkan stimulasi hormon moulting, yang bisa mempercepat proses moulting. Moulting yang terjadi secara periodik tersebut, dapat menjadikan kepiting lebih lemah dan rentan terhadap pemangsa.
  • Pemanenan
    Kepiting sudah bisa dipanen dalam 3 – 4 bulan setelah benihnya ditebar. Kepiting yang dipanen, beratnya sudah mencapai 300 – 450 g/ekor. Tetapi, kepiting dengan lebar karapas lebih dari 15 cm dan berat 200 gram, sudah bisa ditangkap/dipanen. Benih berukuran 100 gram, dalam waktu 1,5 – 2 bulan setelah pemeliharaan, bobotnya telah mencapai ukuran konsumsi yaitu 3 – 4 ekor/kg kepiting, maka artinya sudah bisa dipanen. Kepiting bakau dipanen dengan cara dipancing, kemudian dipisahkan. Kepiting dipisah antara kepiting bakau sangat gemuk dengan kepiting bakau yang matang telur (gonad). Karena, kepiting bakau yang matang telur akan lebih tinggi harga jualnya.
    Biasanya, kepiting bakau ditangkap/dipanen menggunakan umpan yang berbau amis, misalnya ikan rucah atau ikan non ekonomis lainnya seperti ikan beloso maupun peperek. Sebaiknya, umpan dibungkus kasa agar tidak cepat habis atau rusak karena diburu kepiting. Kemudian, ada beberapa jenis alat untuk menangkap atau memanen kepiting bakau, di antaranya:
    – Bubu Lipat (biasanya yang berbentuk persegi panjang atau yang oval) o Jaring (biasanya menggunakan jaring berukuran 400 meter dengan tinggi 50 cm, yang dipasang sore hari dan diangkat saat shubuh/pagi hari)
    –  Kail/kait (penangkapan dilakukan saat air di sekitar mangrove sedang surut)
    – Caduk/seser (alat yang biasa digunakan untuk menangkap atau menyeser ikan di sungai)
    Alat penangkap di beberapa daerah à di Manado, kepiting bakau ditangkap dengan kelapa yang dibakar dan diberi umpan belut laut (lado); di Bone, kepiting ditangkap dengan umpan ikan mujair atau belut air tawar; di Pemalang, umpan untuk kepiting biasanya potongan ikan mentah yang sebelumnya diberi/ditaburi garam.
  • Pasca Panen
    Setelah dipanen, kepiting bakau direndam dalam air bersih. Lalu, kepiting diikat kakinya dengan tali rafia atau pun karet. Berikut adalah cara mengikat kepiting bakau yang dianjurkan:
    – Tekan cangkang atas dan bawah,
    –  Tekuk capitnya,
    –  Ikat dengan tali rafia atau bisa dengan pelepah pisang.
    Masukkan kepiting ke dalam keranjang atau wadah lainnya. Tetapi, wadah penyimpan harus diberi alas bawah dan penutup atas dari kain basah sebagai pelembab wadah. Tujuannya, agar kulit kepiting tidak mengeras lagi sampai dikonsumsi. Usahakan agar kepiting tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkontaminasi bahan lain misalnya BBM, oli dan sebagainya. Jika sudah dilakukan demikian, maka kepiting bisa bertahan hidup maksimal 3 – 5 hari.Kandungan
  • Gizi dan Manfaat Kepiting Bakau
    Kepiting bakau mengandung kolesterol, lemak jenuh yang relatif rendah, mengandung niasin, folat, potassium, protein, vitamin B12, fosfor, zat besi dan selenium. Menurut riset Fisheries Research and Development Corp. Australia, 100 gram daging kepiting bakau mengandung Omega-3 (EPA) 22 mg, Omega-3 (DHA) 58 mg dan Omega-6 (AA) 15 mg. Kepiting mengandung lemak yang kurang dari 2 gram per 100 gram daging. Lemak dalam kepiting jauh lebih rendah dibandingkan lemak pada daging ayam atau pun kambing. Selain itu, kandungan kolesterol kepiting hampir setara dengan daging ayam yang dipanggang tanpa kulit.

Demikian Artiel Deri duniapeternakan.com Semoga bermanfaat dan berhsil dalam usaha budidayanya Amin…