3+ Penyebab Kelangkaan Jerapah Paling Berdampak

Diposting pada
Rate this post

Penyebab Kelangkaan Jerapah Paling Berdampak

Jerapah adalah salah satu hewan eksotis yang dikenal karena memiliki leher dan juga kaki yang sangat panjang. Dimana hal ini untuk memudahkan mereka dalam mencari makanan di daunan pohon yang menjulang tinggi.

Namun belakangan ini, populasi dan juga jenis jerapah sudah semakin langka di alam liar. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah dari jerapah yang terus merosot di habitat aslinya. Maka dari itu, di kesempatan yang baik ini akan dibahas tentang penyebab kelangkaan jerapah kepada anda semua.

1. Jumlah Jerapah Dilaporkan Menurun Drastis


Ada kabar yang cukup mengejutkan dan tidak mengenakkan mengenai hewan tertinggi di dunia tersebut. Laporan terbaru menyebutkan, jika populasi jerapah di alam liar yang terdapat di Kenya telah turun drastis sebanyak 40 persen dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini.

Meskipun cukup mengejutkan, akan tetapi tanda kepunahan dari Jerapah ini sudah diketahui sejak tahun 2016 silam. Jenis hewan hutan hujan tropis ini sudah semakin langka juga untuk ditemui di alam liar.

Informasi ini bukan sembarangan, dimana disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Dinas Satwa Liar setempat. Untuk jenis jerapah Rothschild, kini jumlahnya di alam luar Kenya hanya terdapat 659 ekor saja, dimana didunia hanya terdapat di dua negara saja jenis tersebut, yakni Uganda dan Kenya.

2. Penyempitan Habitat


Lantas apakah faktor penyebab kelangkaan jerapah di habitat aslinya tersebut? Tentu ada banyak sekali faktornya, dan salah satunya mirip dengan penyebab kelangkaan gajah sumatera ataupun hewan alam liar lainnya yakni penyempitan habitat asli.

Semakin meningkatnya populasi manusia di negara tersebut, menjadikan kawasan tanah liar yang menjadi habitat asli seperti ini juga semakin menurun yang diakibatkan oleh adanya penggundulan hutan untuk dijadikan gedung ataupun perumahan.

Habitat asli dari hewan dengan leher panjang ini dari hutan, dan dataran yang kini sudah mulai tersingkir diakibatkan oleh aktivitas pertanian penduduk setempat ataupun pembangunan jalan. Dengan begini, maka jerapah pun akan kesulitan untuk mencari makan hanya untuk mempertahankan hidup.

Jika kondisi ini terus terjadi, perlahan namun pasti maka jerapah-jerapah ini pun akan mati, karena tempat untuk mereka cari makan telah diusik oleh aktifitas manusia hanya untuk memuaskan keinginan mereka tanpa melihat kondisi dari mahluk lainnya. Kejadian yang juga jadi penyebab kelangkaan tapir ini harus segera diatasi, agar populasinya bisa diselematkan.


3. Perburuan Liar dan Perdagangan


Penyebab kelangkaan jerapah selanjutnya adalah perburuan liar. Bentuk fisik dari hewan jerapah yang menjulang tinggi, membuatnya sangat mudah untuk terlihat oleh para pemburunya yang tergiur untuk menjual bagian tubuh dari jerapah tersebut.

Total tinggi dari jerapah ini sekitar 5,8 meter, yang mana tinggi tubuh dari hewan ini sama dengan pepohonan yang ada. Konon, untuk harga kepala atau tulang-belulang dari hewan jerapah ini mencapai USD 140 atau setara dengan Rp 1.7 jutaan per potong.

Seperti laporan dari Nature World News, dimana para pemburu tak bertanggung jawab ini sampai rela berkeliling ke 21 negara untuk mencari tempat jerapah tersebut bersemayam. Setelah itu, mereka ini pun menargetkan jerapah ini sebagai sasaran tembak.

Tak main-main, mereka itu berani melakukan hal ini di taman nasional milik negara, swasta ataupun tanah liar. Akibat dari aksi penembakan luar tersebut, jumlah jerapah yang tersisa di kawasan Afrika Barat itu tidak lebih dari 300 ekor, serta untuk 700 ekor lainnya ditemukan di Uganda serta Kenya.

Perburuan liar ini tidak hanya untuk nilai komersil saja, akan tetapi ada juga sebuah kepercayaan di kawasan Afrika, jika ekor jerapah ini bisa dijadikan sebagai gelang pembawa keberuntungan bahkan ada juga yang menggunakannya sebagai benang untuk menjahit.

Bahkan seperti laporan dari Rothschield Project 2010, banyak orang Tanzania ini mempercayai jika daging jerapah (bagian otak dan sumsum tulang) bisa mereka gunakan sebagai obat untuk penyakit paling mematikan saat ini yaitu HIV/AIDS.

Tidak ingin hal tersebut terus berlanjut, maka Kenya pun bakal melakukan berbagai cara guna mencegah semakin menurunnya populasi dari hewan eksotis tersebut. Salah satu cara yang digagas itu pun adalah dengan meminta bantuan para pemilik tanah agar memberikan lahan sebagai habitat untuk jerapah.

Mereka pun juga ingin melakukan berbagai usaha guna mencegah aktifitas perburuan liar serta memastikan jika proyek infrastruktur tak lagi merusak habitat asli dari jerapah tersebut, karena bisa jadi proyek-proyek yang diharapkan dan memajukan negara malah jadi penyebab kelangkaan jerapah.

Menurut Dr Grainne McCabe selaku pakar konservasi pada Musium Bristol di Inggris mengatakan, jika semua orang ini berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan jerapah dari kepunahan. Jerapah sebagai hewan pemakan rumput dan daun-daunan ini memiliki peranan sangat penting bagi ekosistem yang sehat.


Kurang lebih itulah berbagai macam penyebab kelangkaan jerapah yang dapat anda ketahui, sehingga bisa berusaha untuk turut menjaga hewan langka seperti ini agar tidak punah.


Baca Juga :