Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Gandum

Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Gandum


Tahukah Anda tentang Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Gandum? Siapa yang tak familiar dengan tanaman gandum?



Salah satu tanaman dan komoditas pangan yang banyak sekali memiliki pengaruh besar dalam hal persediaan pangan bagi seluruh penduduk dunia.

Tidak hanya di Indonesia, gandum sendiri merupakan salah satu tanaman terpenting yang merupakan sumber protein sekaligus sumber kalori yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia.

Dikutip dari sebuah penelitian (Braun, 2013), diestimasikan tingkat permintaan dunia akan gandum ini akan sangat meningkat pada tahun 2050 sekitar 60% terutama di wilayah Asia, sedangkan pada kenyataannya produsen gandum sendiri hanya mampu meningkatkan hasil produksinya 1% per tahunnya, kecuali tiongkok yang bisa mencapai 3% per tahunnya.

Sehingga dengan adanya estimasi jumlah peningkatan terhadap komoditas gandum, ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya produksi gandum.


Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Gandum


Tingginya permintaan masyarakat dunia akan komoditas tanaman gandum tentu menjadi tantangan sendiri dalam memenuhi permintaannya.

Salah satu tantangan dari kurangnya ketersediaan hasil produksi gandum adalah karena adanya penyakit tanaman yang seringkali menyerang tanaman gandum itu sendiri.

Penyakit dan hama yang menyerang tanaman gandum memiliki beragam sebab, mulai dari adanya pathogen tanah, perubahan iklim dan system tanah sampai dengan kerentanan tanaman itu sendiri.

Diantara berbagai penyakit yang mungkin sekali menyerang tanaman gandum, salah satu penyakit yang paling berbahaya dan merugikan serta paling luas penyebarannya adalah penyakit karat.

Diartikel kali ini akan dibahas lebih lanjut beberapa penyakit dan hama yang dapat menyerang tanaman gandum, diantaranya:


Penyakit karat


Penyakit karat tanaman gandum ini bisa terbagi menjadi beberap bagian, seperti karat daun, karat batang dan karat bergaris.

Pada karat daun, penyakit ini ditandai dengan munculnya pustule yang berwarna cokelat kekuningan yang terdapat pada permukaan dan pelepah daun tanaman gandum.

Penyakit karat daun ini dapat dengan cepat berkembang apabila suhu dan kelembaban udara mencapai 20 derajat celcius.

Penyakit karat daun sendiri tidak langsung mematikan tanaman gandum tersebut namun bisa menurunkan hasil tanaman gandum hingga mencapai 50%.

Tanaman gandum yang terserang karat daun ini umumnya menghasilkan malai yang lebih sedikit. Cara untuk mengendalikan karat daun ini adalah dengan menggunakan varietas tahan dan fungisida kimia.

Untuk karat batang, pustulenya juga timbul dibagian batang dan malai tanaman. Pada penyakit karat batang, bila infeksi penyakitnya terjadi pada fase awal pertanaman, maka akan dapat mengurangi jumlah anakan serta berpengaruh pada kualitas dan bobot biji.

Cara pengendalian karat batang hampir serupa dengan karat daun yaitu dengan varietas tahan, fungisida kimia dan juga secara budidaya untuk mengurangi intensitas epidemic.

Sedangakan untuk karat bergaris, pustule berwarna kuning ini terjadi pada semua permukaan tanaman, yang bilamana tidak segera diatasi dan intensitas penularannya tinggi, maka dapat menyebabkan kehilangan hasil dari tanaman itu sendiri.


Penyakit hawar daun


Pada penyakit hawar daun, gejala yang muncul pertama kali adalah bercak yang berwarna cokelat, berbentuk oval yang biasa muncul di beberapa bagian atau bahkan seluruh bagian daun tanaman gandum.

Infeksi awal penyakit hawar daun ini biasanya dimulai dari bagian daun paling bawah, baru meluas ke berbagai bagian.

Dimulai dengan bercak-bercak berwarna coklat yang lama kelamaan bisa saling menyatu. Untuk kasus penularan yang berat, biasanya daun tanaman gandum akan mati secara premature. Kerugian akibat penyakit ini bisa berpengaruh pada hasil tanaman 20 hingga 30 persen.

Cara pengendalian penyakit ini adalah dengan penggunaan varietas tahan, pergiliran tanaman, menggunakan benih yang bebas penyakit, melakukan pemupukan yang benar dan tepat serta perlakuan benih dengan fungisida.


Penyakit busuk akar


Pada penyakit busuk akar ini, untuk akar yang terinfeksi akan memiliki warna akar cokelat dan jumlah akarnya akan berkurang.

Penyakit ini menginfeksi akar dan jaringan mahkota tanaman gandum. Untuk infeksi penyakit ini sendiri sangat bergantung pada kondisi lingkungan.

Lingkungan dengan kondisi kering, tanah berpasir, kelembaban tinggi, serta bersuhu dingin akan dengan sangat baik membuat penyakit ini semakin berkembang.

Penyakit busuk akar ini dapat menyebabkan tanaman gandum kehilangan hasil tanaman dengan jumlah yang besar.

Beberapa cara pengendalian untuk tanaman ini adalah dengan menghindari penanaman gandum pada tanah atau lahan yang basah, lakukan pemupukan secara berimbang, lakukan penanaman 2-3 minggu setelah melakukan pengolahan tanah atau aplikasi herbisida. Pengolahan tanah ini untuk mencegah munculnya miselia pathogen.


Penyakit karnal bunt


Penyakit tanamn ini disebabkan oleh cendawan Tilletia indica. Biasanya penyakit ini tersebar melalui spora yang berasal dari biji yang terinfeksi dan tanah yang kemungkinan telah terkontaminasi dari pertanaman sebelumnya.

Penyakit ini agak sulit diidentifikasi karena terinfeksinya biji gandum tertular secara acak.

Penurunan hasil yang ditimbulkan oleh penyakit ini pada tanaman gandum juga hanya sedikit. Salah satu cara penting untuk menghindari penyakit ini adalah dengan menggunakan benih bebas penyakit dan penggunaan fungisida.


Demikianlah artikel tentang Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Gandum. Semoga bermanfaat dan menambah informasi mengenai tanaman gandum itu sendiri.


Baca Juga :

analisa budidaya jahe merah dalam karung

Budidaya Jahe Merah Dalam Karung


Tahukah Anda bagaimana Cara Budidaya Jahe Merah Dalam Karung? Satu ide terbaik jika ingin menanam jahe merah tapi tak punya lahan tersisa yaitu dengan memakai karung.



Cara ini mudah dilakukan, dan yang pasti hemat dalam pemakaian lahan dan modal. Di samping, kebutuhan jahe merah juga terbilang tinggi, sehingga menjadi peluang bisnis sendiri.

Meski budidaya jahe merah dalam karung bisa dilakukan secara mandiri, tapi untuk menghasilkan jahe dengan kualitas baik, ada syarat tumbuh jahe yang harus dipenuhi. Ini berguna supaya tumbuh kembang jahe berada dalam titik maksimal.

Jahe yang ditanam dalam karung juga lebih mudah dikontrol sehingga potensi terkena penyakit bisa diminimalkan.

Dengan harga jual yang terbilang tinggi, budidaya jahe merah dalam karung patut dicoba. Tinggal ikuti beberapa langkah berikut agar berhasil.


Syarat Bibit Jahe Merah yang Layak Tanam


Jika ingin menghasilkan tanaman jahe merah berkualitas tinggi dan berlimpah, pertama yang harus dilakukan yaitu mencari bibit unggul. Walau jahe merah nantinya di tanam dalam karung atau wadah lain, tetap saja bibit jahe merah yang dipilih harus yang layak tanam.

Semisal bibit jahe merah yang dipilih ternyata kualitasnya tak cukup baik, jangan berharap tanaman yang dihasilkan akan baik juga. Sayangnya, banyak yang kurang memperhatikan aspek ini, terlebih bagi yang baru mulai menanam jahe merah secara mandiri.

Hasilnya bisa ditebak, karena tanaman jahe menjadi tak sesuai harapan. Syarat bibit jahe merah yang baik yaitu rimpang harus dalam keadaan segar dan umurnya sudah cukup matang, kurang lebih 10-12 bulan. Tentu saja agak sulit untuk mendapat jahe merah seperti ini.

Sebenarnya ada solusi mudah. Tinggal datangi penyedia bibit jahe merah dan pilih jenis yang terbaik. Sekali lagi, bagus tidaknya hasil tanaman jahe merah nantinya sangat dipengaruhi kualitas bibit yang didapat. Jadi sebaiknya pilih bibit yang berkualitas tinggi.


Proses Penyemaian Bibit Jahe Merah


Setelah mendapat bibit jahe dengan kualitas super, berikutnya lakukan penyemaian bibit. Pada prosesnya, rimpang jahe merah yang didapat lalu dipotong.

Sebagai informasi, di setiap satu rimpang jahe merah biasanya terdapat 2-3 tunas yang nanti tumbuh menjadi tanaman.

Setelah dipotong, jemur rimpang selama dua jam di bawah terik matahari. Setelah proses penjemuran selesai, siapkan larutan zat pengatur tumbuh lalu rendam jahe merah di dalamnya selama 30-60 menit. Ini berguna untuk mengakselerasi tunas supaya lebih cepat tumbuh.

Supaya bibit jahe merah aman dari penyakit dan hama, rimpang jahe sebaiknya direndam ke cairan fungisida. Selanjutnya letakkan bibit di media penyemaian yang berisi campuran pupuk dan tanah. Jangan tutup tipis bagian atas dengan jerami.

Siram secara teratur supaya kelembaban media penyemaian terjaga. Biarkan tunas jahe bibit merah tumbuh hingga umur dua minggu sebelum dipindah. Pada proses ini, siapkan media tanam karung yang nantinya dipakai untuk menumbuhkan bibit jahe merah.


Proses Penanaman Jahe Merah


Setelah berumur dua minggu, jahe merah akan mengeluarkan tunas, dan itu tandanya sudah siap dipindah ke karung.

Satu karung bisa ditanami tiga bibit jahe merah dengan jarak yang sama persis. Jangan lupa lubangi karung sedalam 3 cm lalu tempatkan jahe di dalamnya.

Letakkan jahe dengan bagian tunasnya menghadap ke atas, setelah itu tutup lubang dengan tapi usahakan tipis saja sehingga tunasnya masih sedikit kelihatan.

Ini berguna supaya sirkulasi oksigen dalam media tanam tetap cukup sehingga unsur haranya terpelihara.

Proses penanaman lalu ditutup dengan memberi siraman pada area tunas. Tugas selanjutnya yaitu mengamati pertumbuhan tanaman jahe merah.

Semisal dalam 30 hari setelah ditanam jahe merah tak kunjung berkembang, segera ganti dengan bibit lain yang sehat.

Perhatikan juga media tanam jahe merah, jika muncul gulma atau rumput liar, segera bersihkan agar tidak mengganggu proses pertumbuhan.

Perawatan jahe merah sebenarnya cukup mudah, misalnya dengan menyiangi secara rutin guna mempertahankan kelembaban media tanam.


Masa Panen Jahe Merah


Secara umum, jahe merah sudah memasuki masa panen saat berumur 10 bulan. Tapi jika masih ragu apakah jahe merah sudah siap panen atau belum, cukup lihat apakah daun tanaman mulai kering. Jika batang jahe merah terlihat mengering dan menguning, berarti jahe siap panen.

Karena media tanam jahe merah berupa karung, proses panen pasti tidak sulit. Untuk mengambil jahe, alat berupa cetok bisa digunakan.

Cara lain yaitu dengan membuka karung lalu angkat rimpang jahe merah. Saat proses pengangkatan, sebaiknya hati-hati agar rimpang tidak patah.

Setelah itu, rimpang bisa mulai dibersihkan. Untuk mempermudah pembersihan, celupkan berulang ke air sehingga tanah yang menempel akan terlepas dengan sendirinya. Jika tidak, semprot rimpang dengan air bertekanan rendah agar tak sampai merusaknya.

Sebagai gambaran, untuk satu media tanam berupa karung biasanya mempunyai berat 50 kg. Dari satu media tanam ini, panen jahen merah rata-rata akan menghasilkan 5 kg. Bisa dibayangkan jika punya banyak karung, berarti panen jahe merah bisa dilakukan tiap bulan.


Manfaat Jahe Merah


Perlu diketahui bahwa tanaman ini memiliki segudang khasiat dan manfaat. Berikut adalah khasiat dan manfaat jahe merah untuk kesehatan kita :

  • Menjaga kesehatan jantung
  • Meredakan dan mengobati rasa mual
  • Mencegah penuaan dini
  • Meringankan gejala flu, demam, dan juga batuk
  • Melancarkan sirkulasi darah
  • Dapat mengobati nyeri dan peradangan
  • Membantu proses diet

Demikianlah kilasan info yang singkat mengenai Analisa Budidaya Jahe Merah Dalam Karung. Semoga bisa memberika ilmu yang bermanfaat.


Baca Juga :

Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pare

Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pare


Tahukah Anda tentang Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pare? Budidaya tanaman banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia, baik untuk di jual kembali, dikonsumsi atau hanya untuk mengisi waktu luang dan lahan kosong.


Tujuan utama dari semua budidaya tanaman adalah memperoleh hasil tanaman yang banyak dan juga berkualitas.

Namun tidak mudah menanam tanaman dengan hasil yang melimpah tanpa pengawasan dan perawatan khusus.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil tanaman tidak terproduksi maksimal. Unsur hara tanah, iklim makro atau mikro, dan juga kondisi alam yang berubah merupakan faktor umum yang menyebabkan tanaman tidak maksimal dalam menghasilkan.

Selain itu faktor penting yang mempengaruhi hasil tanaman adalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman, walaupun jenis tanaman yang ditanam seperti pare yang bukan salah satu tanaman ‘rewel’ tetapi, serangan hama dan penyakit tetap dapat mengganggu produktivitas tanaman.

Apa saja hama dan penyakit yang menyerang lalu bagaimana antisipasinya ?


Hama Tanaman Pare


Hama adalah hewan pengganggu tanaman, dengan cara memakan tanaman atau mengambil sari tanaman dan menyebabkan tanaman mati, hewan tersebut sudah dapat disebut hama.

Tanaman pare sendiri memiliki hama yang harus dihindari. Berikut beberapa hama yang sering menyerang tanaman pare.


1. Ulat Grayak Pemakan Daun Tanaman Pare


Ulat grayak atau ulat daun merupakan hama paling besar yang dapat menyerang tanaman pare.

Walaupun serangan hama ini tidak terlalu banyak seperti pada tanaman alpukat atau tanaman jambu biji, namun ulat grayak bisa menjadi hama yang berpotensi merusak tanaman pare.

Dengan memakan bagian daun ketika malam hari, pada siang harinya ulat akan bersembunyi didalam tanah. Jika serangan hama berat maka pare pun habis dimakan ulat.

Pemberantasan yang dapat dilakukan untuk hama ulat grayak dapat dilakukan dengan menyerang dan membasmi telur-telur dari ulat tersebut.

Umumnya telur yang baru menetas diambil menempel pada daun-daun atau menggunakan bahan pembasmi Kimiawi (Decis 2,5 EC, Supracide 40 EC).


2. Kepik Si Penyerang Buah Pare


Jika ulat menyerang daun terlebih dahulu maka hewan kepik atau Leptoglossus australis menyerang buah pare.

Jika buah pare mengalami penyerangan dari hama ini maka buah akan menurun kualitasnya, baik dari tekstur yang rusak karena dimakan kepik maupun sari buah pare tersebut.

Selain itu bekas serangan dapat ditumbuhi cendawan yang menyebabkan kebusukan pada buah pare.

Pemberantasan yang dapat dilakukan adalah pengendalian kimia dengan menyemprotkan racun kontak yang ampuh seperti azodrin dosis 2 cc/lt, sehingga kepik tidak akan menyerang tanaman pare anda.


3. Lembing (Epilachma sparsa)


Jenis hama ini menyerang pada daerah daun hingga menyisahkan tulang daun saja, hal ini menyebabkan daun menjadi kering dan berubah menjadi coklat. Dengan hal tersebut tentunya menyebabkan produksi akan berkurang.

Ciri hama ini adalah berbentuk bulat dan memiliki warna bercak hitam.

Cara pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan :

  • Menemukan dan menangkap telur, larva dan lembing secara langsung kemudian memusnakannya.
  • Anda juga bisa menggunakan musuh alami yaitu menggunakan tumbuhan yang bisa menjadi parasit telur, larva dan pupa.
  • Melakukan rotasi tanaman
  • Menggunakan insektisida dengan dosis yang sesuai.

Penyakit Tanaman Pare


Selain hama tanaman ternyata ada beberapa penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhan bahkan bisa menggagalkan panen pare, berikut jenisnya :


1. Antraknosa pada Tanaman Pare


Ancaman tanaman pare selanjutnya adalah penyakit antraknosa. Penyakit ini menyerang batang dan juga buah.

Pada daun cirinya akan muncul noda hitam dan pada serangan berat warna daun akan berwarna hijau tua dengan bercak noda hitam diseluruh bagian daun.

Pada musim hujan serangan ini akan lebih banyak terjadi, karena penyakit antraknosa disebabkan oleh jamur atau cendawan Collectrichum sp.

Pemberantasan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pergiliran tanaman pada satu lahan yang sama dan menggunakan fungisida benlate khusus jamur dengan dosis 2 gram/liter.


2. Penyakit Embun Tepung


Terakhir penyakit yang harus diwaspadai pada tanaman pare adalah penyakit embun tepung.

Penyakit ini menimbulkan gejala awal dengan adanya tepung putih pada bagian bawah daun tanaman pare.

Daun yang terserang akan berwarna kuning, coklat kemudian mengering. Sedangkan bagian batang yang diserang tepung akan terlapisi tepung putih seluruhnya. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan oidium sp.

Pemberantasan yang dapat dilakukan adalah mengurangi kelembaban yang disebabkan drainase yang kurang baik dan juga jarak tanam yang terlalu dekat.

Selain itu menanam varietas yang resisten atau tahan penyakit dan juga menggunakan fungisida merupakan langkah yang dapat anda tempuh.


3. Penyakit layu


Jenis penyakit layu ini disebabkan oleh Fusarium sp. dimana gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah sebagai berikut :

  • Pada ujung daun mengalami kelayuan
  • Daun secara perlahan mengalami pengerutan dan kemudian mengering
  • Bila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan tanaman akan mati.
  • Penyakit ini menyerang pada tanaman yang baru saja berkecambah dan tanaman mudah, namun tidak jarang ditemukan juga pada tanaman yang sudah dewasa.

Lalu bagaimana cara pengendalian penyakit layu ini, berikut penjelasannya :

  • Mengambil bagian tanaman yang terserang kemudian memusnakannya dengan cara mengubur ataupun membakarnya.
  • Semprotkan larutan fungisida benlate 2 gram/liter pada tanah bekas penyakit ini menyerang.
  • Dan gunakanlah benih yang tahan terhadap serangan patogen atau penyakit ini.

Demikianlah ulasan sederhana ini tentang Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pare. semoga bisa bermanfaat.


Baca Juga :

Pengertian dan Ciri Lahan Basah

Pengertian dan Ciri Lahan Basah


Tahukah Anda tentang Pengertian dan Ciri Lahan Basah? Di Indonesia ada dua jenis lahan yaitu lahan kering dan lahan basah.



Pengertian dan Ciri Lahan Basah

 

Keanekaragaman hayati pada lahan basah jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan keanekaragaman hayati pada lahan kering karena adanya perpaduan antara ekosistem perairan dan daratan pada lahan basah.

PENGERTIAN LAHAN BASAH


Secara umum lahan basah dapat diartikan sebagai suatu wilayah di daratan yang digenangi air baik permanen atau musiman.

Ekosistem lahan basah terdiri dari rawa, sungai, sawah, hutan gambut, danau, hutan mangrove dan lain sebagainya.


Menurut Konvensi Ramsar


Lahan basah menurut Konvensi Ramsar merupakan area rawa dan lahan gambut yang alami maupun buatan, permanen maupun sementara, dengan air yang statis maupun air yang mengalir, air segar, payau maupun air asin termasuk juga area air laut dengan kedalaman pada saat surut kurang dari 6 meter.


Menurut Intan dan Koestoro


Lahan basah merupakan ekosistem peralihan yaitu antata ekosistem perairan dengan ekosistem daratan, adanya dominasi rejim air serta adanya tanaman yang memiliki daya adaptasi yang baik pada kondisi lahan yang jenuh atau tergenang air.


CIRI LAHAN BASAH


Lahan basah memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan jenis lahan lainnya. Apa saja ciri-ciri lahan basah? Berikut ini penjelasannya.


Memiliki Keanekaragaman Hayati yang Tinggi


Salah satu ciri dari lahan basah adalah lahan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.

Mahluk hidup yaitu manusia, binatang dan tumbuhan pasti akan memilih untuk tinggal di lahan yang terdapat banyak cadangan air untuk tetap bertahan hidup.

Lahan basah memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu tanaman dan binatang karena memiliki cadangan air yang banyak.


Air yang Menggenangi Bersifat Permanen Maupun Musiman


Lahan basah berarti tanah pada lahan tersebut digenangi oleh air dan air yang menggenangi lahan tersebut dapat bersifat permanen atau bisa juga bersifat musimam.

Dikatakan permanen apabila lahan tersebut selalu digenangi oleh air pada setiap waktu dan dikatakan musiman apabila air hanya menggenangi di musim tertentu saja sebagai contoh di musim hujan saja.


Tanahnya Jenuh akan Air


Suatu lahan dapat dikatakan sebagai lahan basah apabila tanahnya jenuh akan air. Nama lahan basah sendiri menandakan bahwa keadaan tanah dari lahan tersebut digenangi oleh air.


Lahannya Bersifat Subur


Salah satu ciri tanah yang subur adalah tanah tersebut banyak mengandung air. Lahan basah sudah pasti banyak mengandung air oleh karena itu salah satu ciri dari lahan basah adalah lahannya bersifat subur.

Lahan basah biasanya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan jenis tanaman yang bermacam-macam.


Sebagian atau Seluruh Wilayahnya Digenangi Air yang Dangkal


Ciri-ciri lahan basah selanjutnya adalah diatas lahan terdapat lapisan air yang dangkal. Lapisan air yang dangkal tersebut menggenangi sebagian atauapun seluruh permukaan tanah.


FUNGSI LAHAN BASAH


Lahan basah merupakan sistem yang sangat penting bagi alam serta mahluk hidup.

Oleh karena itu keberadaan lahan basah harus terus dilestarikan karena apabila lahan basah rusak maka sejumlah flora dan fauna yang hidup pada lahan basah kelestariannya akan terancam. Lahan basah sangat berperan penting bagi pertanian dan perikanan. Ada beberapa fungsi lain dari lahan basah yaitu sebagai berikut.


Lahan Basah Dapat Melindungi dari Bencana Alam


Salah satu manfaat dari lahan basah adalah melindungi dari bencana alam, salah satunya adalah banjir.

Lahan basah dapat melindungi dari ancaman bencana alam yakni banjir karena lahan basah dapat menampung serta menyerap air hujan.

Apabila lahan basah jumlahnya berkurang pada suatu daerah maka berkurang juga daerah penampungan air hujan sehingga mempermudah terjadinya bencana banjir pada daerah tersebut.


Lahan Basah Merupakan Sumber Air Bersih


Air yang menggenangi lahan basah sebagiannya masuk ke dalam tanah untuk menjadi cadangan air dan sebagiannya lagi mengalir ke sungai serta saluran air lainnya untuk menjadi sumber air di permukaan.


Lahan Basah Merupakan Sumber Kesejahteraan


Jenis Lahan basah dapat dijadikan sebagai penggerak ekonomi lokal dengan cara menggunakan lahan basah sebaik mungkin tanpa merusakan lahan basah itu sendiri misalnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian.


Lahan Basah Menyimpan Karbo


Keunggulan dari lahan basah salah satunya adalah mampu menyimpan karbon permukaan atau top carbon bumi.

Beberapa flora yang hidup di sekitar lahan basah mampu menyerap karbondioksida untuk kemudian melepaskan oksigen ke udara.

Jika lahan basah semakin luas maka jumlah karbondioksida yang diserap tanaman akan semakin besar serta semakin besar juga pasokan oksigen ke udara.

Tidak hanya itu, apabila melestarikan lahan basah maka dapat mengurangi emisi karbon dan juga meningkatkan kemampuan manusia untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, kesejahteraan manusia dan meningkatkan keanekaragaman hayati.


Lahan Basah Dapat Menjadi Area Rekreasi


Manfaat lain dari lahan basah adalah sebagai area rekreasi dan pendidikan. Pemandangan lahan basah yang khas dapat dijadikan tempat rekreasi alam dan juga dapat menjadi sarana pendidikan untuk anak-anak sekolah.


Demikianlah pembahasan mengenai Pengertian dan Ciri Lahan Basah. Semoga bisa bermanfaat.


Baca Juga : 

7 Cara Membuat Pupuk Organik Cair (POC) Untuk Pemula

Cara Membuat Pupuk Organik Cair (POC)


Tahukah Anda Bagaimana Cara Membuat Pupuk Organik Cair (POC)? Pupuk menyediakan beragam manfaat untuk budidaya tanaman apapun. Khusus untuk jenis pupuk organik cair, pupuk jenis ini merupakan pengganti yang tepat untuk pupuk kandan dan pupuk anorganik.



7 Cara Membuat Pupuk Organik Cair (POC) Untuk Pemula

Manfaat utama POC yaitu memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisik tanah.

POC juga berguna untuk meningkatkan kapasitas produksi tanaman buah. Selain dipakai sebagai pelengkap, pupuk organik cair kerap dimanfaatkan sebagai pelengkap dari pupuk organik padat.

Bahkan hasilnya lebih luar biasa jika dikombinasikan dengan pupuk tersebut.

Pupuk organik cair bisa melengkapi unsur mikro yang diperlukan saat tanaman dalam proses tumbuh kembang.

Apalagi jika pupuk organik cair ini diberikan saat menjelang masa berbuah, pupuk tersebut bisa menggenjot buah yang dihasilkan tanaman baik dari kualitas dan kuantitas.


Alat dan Bahan Membuat Pupuk


Dibanding membeli pupuk organik cair, jauh lebih kalau membuat sendiri di rumah sehingga lebih hemat dan bisa mengontrol kualitas pupuk yang akan dihasilkan. Alat dan bahan yang diperlukan cukup sederhana, bahkan sering tersedia di sekitar.

  • Limbah makanan organik rumah tangga seperti parutan kelapa, sisa nasi, buah busuk, sayuran basi, dan bahan organik lain.
  • Batang pisang yang sudah tak dimanfaatkan.
  • Kotoran hewan (bisa ayam, kambing, atau sapi).
  • Air tebu, gula merah atau gula pasir, air cucian ikan, air cucian beras, dan air biasa (bisa dipilih salah satu tapi tetap ditambah air nantinya).
  • Bubuk gergaji atau sabut kelapa tanpa kulit.
  • Mikroba pengurai (decomposer) seperti EM4.

Beberapa alat yang diperlukan seperti pisau, ember, jerigen plastik, dan adukan. Ember yang digunakan harus berbahan dasar plastik supaya tak merubah kualitas pupuk yang difermentasi di dalamnya.

Selalu ingat, jangan pernah memakai bahan besi untuk apapun sebab bisa mengurangi kualitas pupuk yang dihasilkan karena seringnya berkarat.


Proses Pencampuran Bahan


Sebelum menginjak proses berikutnya, pastikan dulu untuk mencuci semua bahan untuk membuat pupuk cair organik nantinya.

Ini diperlukan guna mencegah potensi zat yang bisa merusak proses tercampur. Jika tidak, proses fermentasi akan terhambat bahkan bisa terjadi kegagalan.

Untuk memastikan bahan yang digunakan steril, sebaiknya cuci dengan air bersih. Saat semua bahan membuat pupuk organik selesai dibersihkan, berikutnya yaitu cincang sampai agak lembut semua bahan. Ini berguna untuk mempercepat proses penguraian saat fermentasi.

Bahkan untuk mendapat hasil fermentasi sempurna, akan lebih baik kalau bahan dicincang halus. Semakin kecil cincangan yang dihasilkan, semakin baik pula hasil fermentasi nantinya. Jika tahap ini sudah selesai, berikutnya yaitu memulai proses membuat pupuk organik cair.

Sebenarnya tak ada aturan pasti berapa lama proses fermentasi yang diperlukan untuk membuat POC.

Tapi satu hal yang bisa dipastikan, jika dalam waktu satu bulan aroma fermentasi tidak mengeluarkan bau seperti tape, bisa dipastikan kalau proses fermentasi sudah gagal.

Tapi kemungkinan gagal dalam membuat pupuk organik cair sangat jarang terjadi, dan ini bergantung pada kondisi lingkungan yang digunakan untuk fermentasi dan komposisi bahan yang dipakai.


Cara Membuat Pupuk Organik Cair


Untuk menghasilkan pupuk organik cair kualitas tinggi, berikut yang harus dilakukan :

  1. Campurkan decomposer EM4 dengan air secukupnya lalu tambah pemanis alami salah satu dari gula pasir, gula merah, atau air tebu, kemudian biarkan 20 menit agar mikroba muncul.
  2. Taruh kotoran hewan yang masih segar ke dalam wadah plastik.
  3. Masukkan limbah rumah tangga yang sudah dicincang dan campur dengan kotoran di ember.
  4. Masukkan juga semua bahan dan aduk sampai sekiranya rata.
  5. Tuang cairan decomposer yang sudah disiapkan, dan tambahkan terasi supaya mempercepat penguraian pupuk jika diperlukan.
  6. Tuang salah satu dari air cucian beras atau bahan cair lain yang sudah disebutkan di atas.
  7. Tambah air biasa lalu aduk dengan tongkat berbahan kayu.

Jika dibuat perbandingan total, 35% dari komposisi pupuk organik cair berupa cairan dan sisanya 65% berupa bahan padat seperti yang sudah disebutkan di atas. Jika semua sudah selesai, tutup wadah plastik yang berisi bahan adonan pupuk tersebut dengan rapat.

Jangan lupa melubangi salah satu bagian penutup sebagai jalan masuk selang yang nantinya mengalirkan pupuk cair hasil fermentasi. Usahakan selang merekat sempurna dengan penutup wadah sampai tak ada udara keluar masuk bebas.

Tempatkan ujung selang yang lain ke wadah lain yang sudah diberi air. Selalu pastikan baik selang dan wadah tak mengalami kebocoran. Selang berfungsi sebagai alat untuk menstabilkan suhu dalam wadah yang tertutup rapat, sekaligus menghantarkan cairan ke wadah fermentasi.

Hasil proses fermentasi bisa dilihat setelah 10 hari dari sejak pertama fermentasi dilakukan. Setelah masa 10 hari, lakukan pengecekan apakah POCsudah matang dan siap digunakan.

Pengecekan bisa dengan cara diamati atau dicium baunya yang serupa dengan tape. Jika ternyata belum, tutup wadah fermentasi dengan rapat.


Kesimpulan


POC adalah salah satu alternatif terbaik untuk memberikan hara dan nutrisi kepada tanaman, disamping harga yang murah, POC juga bisa dibuat sendiri dengan bahan yang seadanya.

Proses pembuatan yang mudah dan simpel menjadikan POC semakin kesininya semakin diminati oleh masyarakat secara luas.


Demikianlah pembahasan singkat tentang 7 Cara Membuat Pupuk Organik Cair Untuk Pemula semoga bisa di terapkan dan diaplikasikan ketanaman. Semoga bermanfaat.


Baca Juga :