BUDIDAYA KEPITING SISTEM KERAMBA

Diposting pada
Rate this post

BUDIDAYA KEPITING SISTEM KERAMBA

Membangun perekonomian masyarakat pesisir melalui budidaya kepiting bakau sistem keramba merupakan suatu pilihan yang sangat tepat, mengingat sebagian besar pesisir berada pada posisi dataran rendah, terdiri dari lahan rawa dan pesisir pantai yang sangat luas. Namun potensi ini belum tergali dengan baik. Selama ini, pesisir pantai bakau yang luas itu hanya menjadi lahan-lahan tidur dan tidak produktif.Hanya warga masyarakat pemilik keramba tertentu saja yang memanfaatkan lahan bakau tersebut untuk menggarap keramba budidaya secara sangat sederhana karena terkendala pengetahuan sumber daya manusia (SDM) dan modal untuk mengembangkannya. Umumnya pembudidaya itu menggarap kerambanya di sekitar pesisir mangrove. Itu pun baru sebagian kecil saja dari penduduk setempat yang berminat dalam budidaya keramba.

Karena sifatnya pembudidaya tradisional, dengan modal yang pas-pasan dan menejemen yang kurang baik serta pemasaran yang tidak memliki jaringan yang kuat maka tidak banyak petani tradisional berkembang, bahkan justru banyak di antara mereka yang hanya pasrah dan tidak mampu bertahan.

Dengan mempertimbangkan pembudidaya tradisional yang hasilnya tidak bisa diharapkan optimal untuk mencukupi kebutuhan para pembudidaya, maka perlu dikembangkan suatu program pembudidaya rakyat terpadu dan berkesinambungan yang didukung dan diprogramkan secara serentak

Program pembudidayaan ini perlu dimulai melalui projek percontohan oleh pemerintah daerah atau swasta yang dikelola dengan menejemen yang baik dapat dibangun secara bertahap, mulai dari keramba kepiting bakau, ikan bandeng dan udang windu. Dari projek percontohan ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi usaha keramba produktif masyarakat melaui gerakan bersama, terpadu dan berkesinambungan.

Pilihan untuk tahap pertama, dimulai dengan keramba kepiting bakau, dengan pertimbangan bahwa budidaya kepiting bakau ini paling mudah dipelihara dan mempunyai daya tahan yang lebih baik dibandingkan dengan ternak perikanan lainnya. Ternak kepiting bakau dapat berkembang biak meskipun secara alami, apalagi di dilakukan penggemukan secara modern. Pada saat musim hujan, proses pengelupasan kulit luar kepiting lebih cepat, sehingga kepiting bisa lebih cepat dipanen. Hasilnya pun lebih menguntungkan ketimbang bertambak perikanan yang lain seperti bandeng dan udang windu.

Kalau bagi sebagian orang, musim hujan bisa saja merugikan karena bisa menyebabkan banjir. Tidak demikian halnya bagi pembudidaya kepiting yang menggunakan media keramba. Contoh di wilayah Kecamatan Kraksaan Probolinggo Jawa Timur. Musim hujan justru sangat menguntungkan karena omset penghasilan dari usahanya meningkat tajam.

Ahmad Fadol (30 tahun) misalnya, warga Kebon Agung merasa mendapat berkah tersendiri pada musim hujan tiba seperti saat ini. Betapa tidak, usaha budidaya kepiting miliknya meningkat tajam, hingga 50 persen dalam sebulan.

Usaha yang dirintis sejak tahun 2009 dengan modal awal hanya 600 Ribu Rupiah, pada musim hujan justru bisa berlipat ganda hingga puluhan Juta Rupiah. Sebab, pada musim hujan intensitas panas matahari menjadi berkurang yang menyebabkan kepiting berkembang dengan baik. Di samping itu, resiko beternak kepiting juga relatif kecil. Kepiting jarang terkena penyakit dan jika banjir datang kepiting tidak akan hanyut karena terlindung dalam keramba.

Pada musim kemarau, Fadol hanya bisa memanen kepiting setiap 1 bulan saja, pada musim hujan hanya membutuhkan waktu 15 hari untuk memanen, terutama kepiting yang berkualitas baik.

Masing-masing 1 (satu) dari 10 (sepuluh) kerambah kepiting miliknya, bisa menghasilkan sekitar 1 kuintal kepiting siap panen. Sementara harga jual kepiting antara 40 hingga 90 ribu rupiah perkilogramnya. Jadi dengan 10 keramba dipastikan bisa menghasilkan uang 40 juta – 90 juta rupiah setiap kali panen.

Dengan di potong biaya operasional dan biaya karyawan sebesar 40 persen, setiap sekali panen, Fadol bisa meraup keuntungan bersih sekitar 20 Juta Rupiah dan dalam sebulan bisa mencapai 70 juta rupiah.

Namun agar kepiting mempunyai harga yang tinggi di pasar, baik pasar lokal, maupun pasar ekspor maka dalam proses panen perlu dilakukan secara selektif dengan memilih kepiting yang benar-benar siap panen. Kriterianya adalah:

  1. Kepiting yang sudah matang telur (harga tinggi).
  2. Kepiting gemuk (harganya lebih rendah dibandingkan dengan yang matang telur).

Dengan kriteria persyaratan di atas, maka agar kepiting yang dipasarkan mempunyai kriteria yang diinginkan para konsumen adakalanya budidaya kepiting keramba hanya berfokus pada upaya penggemukan. Masa yang diperlukan untuk budidaya penggemukan ini cukup 3,5 – 4 bulan sudah bisa dipanen dengan secara serentak.

TAHAPAN DAN TEKNIK BUDIDAYA KEPITING KERAMBA

1. Memilih Metode Keramba

Metode budidaya kepiting bakau yang sesuai dengan kondisi lahan rawa terutama di daerah pantai berpasir dan sedikit berlumpur. Di daerah Jawa Timur sebarannya meliputi Tuban, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo hingga Banyuawangi dan Bali. Budidaya kepiting sistem karamba adalah menggunakan sistem hamparan kotak kerangkeng dalam ukuran luas tertentu, dengan penebaran 2 ekor bibit kepiting bakau/m2. Namun untuk mencari bibit yang jumlahnya sampai ribuan ekor sekaligus, sesuai dengan ukuran luas tambak, rasanya tidak mungkin. Maka untuk mencapai jumlah penebaran bibit itu dilakukan secara bertahap, dan cara memanennyapun secara selektif pula.

2. Cara Memperoleh Bibit

Keberhasilan suatu budidaya kepiting bakau di samping ditunjang teknik budidaya yang handal, tersedianya bibit juga sangat menentukan. Untuk usaha budidaya penggemukan kepiting ada cara untuk memperoleh bibit, yaitu: Para pemancing menjual kepada pedagang pengumpul, yang kemudian oleh pedagang pengumpul diseleksi sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Untuk ukuran bibit langsung dijual kepada petani pembudidaya. Biasanya ukuran bibit kepiting bervariasi antara 100 – 200 gr. Harga bibit kepiting bakau bervariasi antara Rp. 3.000 -Rp.4.000 per ekor. Bibit kepiting bakau yang bagus dapat diperoleh dari Kota Tarakan Kalimantan Timur. Namun untuk kepentingan praktis di sepanjang pantai Utara Jawa Timur banyak terdapat petambak kepiting yang menyediakan bibit kepiting

3. Pemberian Pakan

Kepiting bakau termasuk hewan Carnivora (pemakan daging). Bahan pakan untuk kepiting mudah didapat. Pakan kepiting bakau berupa ikan rucah, siput, wideng, dll.Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu: pagi dan malam hari. Adapun dosis pemberian pakan antara 5 – 15% dari perkiraan berat badan kepiting bakau yang dipelihara.

4. Pemanenan dan Cara Pengemasannya

Masa pemeliharaan penggemukan kepiting bakau relatif singkat atau juga tergantung dari awal penebaran bibit. Untuk bibit ukuran 100 gram dalam masa pemeliharaan 2,5 – 4 bulan sudah bisa mencapai ukuran konsumsi (3–4 ekor/kg). Namun apabila awal sudah mempunyai berat lebih dari 200 gram, maka masa pemeliharaan bisa lebih singkat. Petani memanen kepiting bakau dilakukan secara selektif yaitu dengan cara memancing dan memisahkannya antara kepiting bakau yang gemuk dan matang telur.
Kepiting bakau yang sedang matang telur mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kepiting bakau sebelum diikat diletakkan ke dalam air bersih beberapa saat. Setelah itu kepiting bakau baru diikat kakinya dengan tali raffia, dan ditata dalam sterofom box.

5. Pemasaran

Pemasaran kepiting bakau konsumsi belum ada permasalahan. Bahkan permintaan pasar belum terpenuhi, karena produksi kepiting bakau sampai saat ini masih menghandalkan hasil tangkapan. Pemasarannya bisa dilakukan di pasar, toko swalayan, pedagang pengumpul atau pengusaha rumah makan yang menyediakan sea food. Mengenai harga pada umumnya bervariasi tergantung di mana dipasarkan. Di pasar lokal harga berkisar Rp. 55.000,00 pr kg untuk size 3 atau size 4 (isi 3 sampai 4 ekor per kg). Harga jual di Singapura, Hongkong dan Pulau Batam mencapai Rp. 40.000,00 per ekor. Sedangkan untuk kepiting bakau matang telur harga sampai berkisar Rp. 90.000,00 per kg.Kepiting hasil budidaya ini biasanya di pasarkan ke sejumlah Negara Asia, seperti Jepang, Korea dan Thailand.  Selain itu untuk meningkatkan daya tarik konsumsi masyarakat terhadap kepiting dapat juga dikembangkan menjadi sentra kuliner berbahan dasar kepiting. Produk olahan makanan kepiting berupa : kepiting rebus orisinil, kepiting bumbu padang, kepiting saos tiram, kepiting bumbu kare, kepiting asam manis, kepiting masak tauco, kepiting asap dan lain-lainnya..
Demikian Ulasan tentang budidaya dan pemasaran kepiting semoga bermanfaat…Amin